Menyenderkan tubuh sejenak di malam hari selepas anak dan suami tertidur, sambil membaca kembali beberapa halaman buku parenting, lalu acak melihat internet dan mencari pilihan sekolah yang cocok untuk anak, lalu coba merenungkan pencapaian apa yang anakku saat ini–lemah dan lebihnya, juga diriku sendiri sebagai mama.
3 tahun lebih 3 bulan, saya menjadi ibunya. Saya sadar akan beberapa kekurangan saya sampai titik ini :
- Saya terlampau khawatir akan perkembangan dan pengasuhan dirinya, terlalu banyak hal dan referensi yang saya cari, hingga saya sulit mencerna dan memutuskan dan percaya akan diri untuk mengasuh dengan gaya yang sesuai dengan kebutuhan diri anak saya. Banyak hal pro kontra yang kamu bisa dapatkan dari berbagai sumber : mulai dari orang tua sendiri, internet, peer kita, dokter anak, suami, tetangga —-tapi ini membuat saya merasa malah bisa menjadi potensi distraksi kamu untuk enjoy every moment dengan anakmu–serta menggunakan insting, feeling, dan rasa kasihmu sebagai Ibu bagi anakmu sendiri, untuk men decide mana yang tepat untuk anakmu. Dan ini membuat saya sadar, bahwa saya perlu lebih percaya pada insting dan hati saya sendiri, meskipun mendengarkan masukan lain juga perlu.
- I forget the most important thing : DONT try to be perfect mom, but remember to always try our best to be Her Real Mom every single day. Yang selalu passionate dan cheering her every little development, dirinya apa adanya. Buat pengalaman saya , jangan terlalu sibuk dengan masak dan urusan rumah saja, tapi mencoba cari cara untuk hadir bersamanya setiap hari.
- Saya cenderung memaksakan dan sibuk mencari “which method that suits to her” tapi lupa mempersiapkan diri saya sendiri sebagai pendampingnya. Saya cukup yakin bahwa metode Montessori lah yang tepat untuk dirinya misalkan. Lalu saya mencoba mencari ini dan itu tentang bagaimana saya bisa menerapkan montessori dan mencoba mengembangkan kemandiriannya, lalu saya menemukan beberapa kendala : kadang apa yang kita bawakan kepadanya juga belum tepat saatnya, belum menarik minatnya. Kadang saya tidak mem follow up progress/ perkembangan dirinya dan menghargai prosesnya–malah terlalu sibuk dengan output ideal yang saya sendiri harapkan. Kadang saya hanya berharap “i wish this material would make her occupied or get busy so i could do anything else”. Kadang saya menemukan penolakan dirinya. Kadang saya malah terlalu sibuk mencoba mencari ‘materi’ dengan surfing di internet dan berakhir pada kesibukan untuk membandingkan pencapaian anak lain dengan anak sendiri. That’s ONE BIG SILLY THING : for being unfocus most of the time. Dan..nyatanya saya lupa untuk mempersiapkan diri untuk lebih disiplin, tetatur, konsisten, dan sabar, serta menghormati setiap proses. Nyatanya sejak awal, saya mencoba mengajarkan berbagai hal sesuai pendekatan montessori, sometimes tanpa memahami periode sensitif dari anak saya, dan membawakannya tidak dengan konsisten dan sabar. So, bagaimana kamu bisa mengajar anakmu untuk bersikap sabar dan konsisten jika dirimu tidak melakukannya juga? Saat ini saya merasa mandek dalam mencari cara — “finding my wayback to be her real and true mom for her”. Namun dalam menjalani peran kita menjadi Ibu dan mengasuh anak, saya tahu tidak bisa ada kata “break dulu” atau “resign” kan? yang ada adalah bagaimana saya bawa hasil refleksi ini sebagai semangat untuk memulai langkah dan gaya baru yang lebih baik untuk mengubah diri lebih dahulu sebelum dapat mendampingi dan mengasuh anak saya dengan lebih baik lagi.
So, dalam beberapa hari ke depan, rencana mengenai diri saya yang ingin saya jalankan adalah :
- Lebih konsisten dalam merawat diri saya sendiri : berdoa, lari, yoga, makan, menulis dengan lebih teratur dan nyata selama 21 hari kedepan. Saya berharap ini menjadi langkah awal untuk bisa jadi better mama.
- Lebih banyak tersenyum dan bersyukur.
- Realitis dan terukur dalam membuat rencana.
Mungkin kalau dibaca 2 poin di atas kurang nyambung dengan problem yang ada di atas, tapi buat saya sebenarnya, justru saya lah yang perlu di revisi sebelum going back to the track untuk mengasuh anak. Anyway, ujung dari semua ini adalah tantangan bagi saya untuk belajar konsisten, tegas, dan merawat diri saya sendiri juga sebelum saya mengajarkan dan memberi contoh yang sama yang saya mau putri saya dapat lakukan. Let’s do and see.